Pages

Jumat, 23 Desember 2011

CERPEN

MAAFKAN AKU
Siang ini Monic sangat senang karena kekasihnya Vano baru saja mengajaknya untuk berkencan pada Sabtu malam. Sepanjang perjalanan pulang Monic tersenyum sambil tersipu. Tiba-tiba Vani temannya menghampiri.
“Hei Mon… Tunggu aku dong..” teriak Vani.
“Cepet kesini Van… Aku mau cerita sesuatu nih sama kamu…” teriak Monic dengan dengan wajah yang berbunga-bunga.
Karena bingung dan juga penasaran Vani pun hanya menuruti perkataan Monic. Lalu sejenak berhenti, mereka berdua pun berbincang-bincang.
“Van kamu tau gak? Tadi aku di ajak jalan lho sama Vano nanti pada Sabtu malam! Oh so sweet banget ya..”
“Ih lebay banget sih. Gue juga sering tau di ajak jalan sama Andro cowo gue.” Jawab Vani dengan muka yang suram.
Mereka berdua pun terus saling beradu argument untuk saling mengalahkan. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang mereka.
Sabtu malam pun tiba. Monic begitu senang karena hari yang dia tunggu akhirnya datang juga. Hampir 2 jam Monic tidak keluar kamar. Mama pun bingung.
“Mon, kamu ngapain sih ?” ketuk Mama.
“Gak ngapa-ngapain kok ma…!” jawab Monic santai.
Tiba-tiba hp berdering. Dengan cepat Monic mengangkat telfonnya. Ternyata itu telfon dari Vano kekasih monic. Setelah menerima telfon tersebut, Monic langsung kecewa. Itu karena dengan mendadak kekasihnya Vano membatalkan janjinya bersama Monic. Monic sangat kesal dan merasa bahwa Vano hanya sekedar berbicara kosong.
Keesokan harinya Vano menghampiri Monic.
“Mon aku minta maaf soal semalam ya..”
“apa? Kamu dengan gampangnya meminta maaf sama aku. Kamu tau gak ? aku tuh kecewa banget sama kamu soal semalam.” Jawab Monic dengan sangat kesal.
Setelah percekcokan tersebut Monic langsung pergi meninggalkan Vano tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Vano benar-benar menyesal karena dia tidak bisa membahagiakan Monic. Namun semua itu sudah berlalu dan Vano hanya bisa meratapi nasibnya.
Ketika pulang sekolah Monic bercerita pada Vani sahabatnya.
“Van, aku sedih banget nih..”
“emang kenapa Mon?” Tanya Monic dengan rasa penasaran.
“kamu tau kan kalo pada Sabtu malam, aku berencana jalan sama Vano. Tapi entah kenapa tiba-tiba Vano membatalkan acara date kita. Aku gak tau atas alasan apa dia batalin acara itu, dan sekarang aku berantem sama dia.” Cerita Monic dengan sedih.
“Kamu harusnya bisa ngertiin dia Mon.. siapa tau emang pada saat itu dia lagi ada acara yang benar-benar penting yang gak bisa di tinggalkan..”
“iya juga ya?” jawab Monic.
“ya sudah sekarang kamu mending minta maaf sama dia.. Supaya kalian bisa balik lagi…oke temanku sayang..”
“oke deh.. makasih ya..” seru Monic.
Akhirnya hubungan Monic dan juga Vano berjalan seperti biasa. Mereka semakin dekat. Selain itu mereka juga bisa lebih saling mengerti. Teman-teman di sekolah sangat mengagumi hubungan yang terjadi di antara mereka berdua. Teman-teman sangat salut akan kesetiaan mereka berdua. Sampai suatu hari ada seorang murid baru yang bernama Amel. Dia merupakan remaja yang cantik. Pada suatu hari tanpa sengaja Monic melihat Vano berjalan bersama amel di sebuah mal. Monic pun langsung terbakar cemburu.
Lalu tanpa pikir panjang Monic pun memutuskan hubungan dengan Vano. Vano begitu tertekan atas kepergian Monic dari hidupnya. Vano tidak tahu apa hal yang ia lakukan sehingga kekasihnya pergi meninggalkannya.
Kesedihan Vano begitu terlihat terutama di sekolah. Banyak teman-teman Vano yang merasa kasihan karena Vano terlihat begitu sedih
“eh cup kenapa tuh Vano ?” Tanya Birma.
“gak tau juga deh… katanya sih karena si Monic mutusin dia” jawab Ucup.

Sudah 2 minggu Vano tidak masuk sekolah. Namun tidak ada yang tau mengapa Vano tidak masuk sekolah. Monic yang adalah mantannya mulai memikirkan Vano.
“Vano kemana ya? Kok sudah 2 minggu gak masuk ya?” Tanya Monic.
“aku juga gak tau nih. Wah kamu kangen ya Mon.. jangan-jangan kamu masih sayang sama dia ya.” Jawab Vani.
“ihh mana mungkin.”
Pada hari itu wali kelas memberitahukan bahwa Vano tidak masuk karena ia sakit. Ketika mendengar itu kagetlah Monic. Monic segera mendatangi rumah Vano, namun pembantu rumah mengatakan bahwa saat ini Vano sedang dirawat di rumah sakit.
Pada hari itu juga Monic segera menuju rumah sakit. Orangtua Vano mengatakan bahwa Vano mengalami penyakit Leukimia. Monic begitu kaget mendengar hal tersebut.
“Tante harap kamu bisa membahagiakan Vano di sisa akhir hidupnya.”
“baik Tante.” Jawab Monic
Hati Monic begitu sedih karena dia tidak pernah mengetahui bahwa sebenarnya Vano hanya punya waktu sebentar dalam hidupnya di dunia. Monic memiliki niat untuk membahagiakan Vano di sisa akhir hidupnya.
“Van maafkan aku yah..” Seru Monic.
“Aku maafin kamu kok. Asal kamu tau yah, Amel itu saudara aku.” Cerita Vano
Saat mendengar cerita Vano monic menjadi merasa bersalah sampai akhirnya ia pun meneteskan air mata. Monic selalu ada di samping Vano. Mereka berdua kembali saling bercanda gurau. Orangtua Vano sangat bahagia karena melihat anaknya yang dapat menghabiskan sisa hidupnya di dunia ini dengan perasaan bahagia.
“Van, aku harap kamu ingat kalau aku selalu mencintaimu.”
“aku selalu ingat kok Van.” Jawab Monic.
Setelah berkata demikian akhirnya Vano menghebuskan nafas terakhir dan meninggal. Monic menangis tersedu di pelukan jenasah Vano.
Monic tak pernah melupakan Vano. Penyakit Leukimia merenggut nyawanya dengan begitu cepat. Namun Monic tetap memiliki sebuah luka yang tak akan pernah hilang di dalam hatinya.
“Maafkan aku Vano.”

Tokoh Perdamaian Dunia

Carlos Fillipe Ximenes Belo
(Usaha Menuju Penyelesaian Yang Adil Dan Damai Atas Konflik Di Timor-Timur)

Sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Romo pembimbing pelajaran Agama di SMA Kolese Gonzaga maka saya memilih seorang tokoh yang (mungkin) sangat berperan besar dalam penyelesaian konflik di Timor-Timur. Saya pribadi memilih Mgr. Belo dikarenakan kekaguman diri terhadap peranannya bagi penyelesaian konflik yang berkepanjangan di daerah Timor-Timur yang dulu merupakan bagian dari wilayah Indonesia sendiri.
Mgr. Belo cukup membanggakan nama bangsa Indonesia, dikarenakan jasanya yang membuahkan sebuah nobel perdamaian yang diberikan oleh PBB. Walau pada akhirnya dia sendiri bukan lagi bagian dari bangsa Indonesia, namun hal tersebut merupakan sedikit goresan sejarah yang mengukir dunia kesuksesan Indonesia.
Sedikit Cerita Tentang Mgr. Belo
Carlos Fillipe Ximenes Belo lahir pada tanggal 3 Februari 1948. Carlos Filipe Ximenes Belo dilahirkan di desa Wailakama, dekat Vemasse, di pesisir utara Timor Timur. Ayahnya, seorang guru sekolah. Masa kecilnya dihabiskan di sekolah Katolik diBaucau dan Ossu, lalu ia pindah ke seminari kecil Dare, di luar kota Dili dan lulus pada 1968. Mgr Belo memilih untuk menjadi seorang imam. Dari 1969 sampai 1981, selain dari masa latihan kerja (1974-1976) di Timor Timur dan di Makau, dia di utus ke Portugal dan Roma setelah menjadi anggota dari Salesian Don Bosco. Di sana dia belajar filsafat dan teologi sebelum diresmikan menjadi pastur pada 1980.
Kembali ke Timor Timur pada Juli 1981 dia menjadi guru selama 20 bulan, dan kemudian, selama dua bulan, menjadi Direktur di Kolese Salesian di Fatumaca. Ketika Martinho da Costa Lopes mengundurkan diri pada 1983, Carlos Filipe Ximenes Belo ditunjuk sebagai Administratur Apostolik Diosis Dili. Ia menjadi pemimpin Gereja Timor Timur dan bertanggung jawab secara langsung kepada Paus. Pada 1988 dia ditahbiskan sebagai Uskup di Lorium, Italia.
Pastor Belo adalah dipilih untuk menjadi Duta Besar Vatikan di Jakarta dan pemimpin Indonesia karena Ia kelihatan penurut. Namun dalam waktu lima bulan sejak dia menjabat posisinya dia memprotes keras, terutama terhadap kebrutalan pembantaian Kraras (1983) dan mengutuk penahanan banyak orang oleh pemerintah Indonesia. Gereja merupakan satu-satunya institusi yang mampu berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan pemahaman ini Mgr. Belo mulai menulis banyak surat dan membangun hubungan dengan luar negeri, meskipun pihak Indonesia berusaha untuk semakin mengisolasinya sementara dunia pada umumnya dan Gereja Katolik tidak kelihatan berminat.
Pada Februari 1989 dia menulis kepada Presiden Portugal, Paus, dan Sekretaris Jenderal PBB, menyerukan referendum PBB mengenai masa depan Timor Timur dan meminta pertolongan dunia internasional untuk Timor Timur, yang "sekarat sebagai manusia dan negara". Namun ketika surat ke PBB itu menyebar ke luar pada April, dia semakin menjadi target pemerintah Indonesia. Keadaan yang mengancam ini makin meningkat ketika Uskup Belo memberikan perlindungan di rumahnya bagi orang muda yang melarikan diri dari pembantaian Santa Cruz (1991), dan berusaha untuk mengungkapkan jumlah korban yang terbunuh.
Usaha Uskup Belo yang berani ini demi orang Timor Timur. Akhirnya usaha Uskup Belo dalam memperjuangkan perdamaian dan rekonsiliasi diakui dunia internasional. Pada Desember 1996 bersama José Ramos Horta, dia diberikan Penghargaan Nobel Perdamaian. Uskup Belo memanfaatkan penghormatan ini dengan bertemu Bill Clinton dari Amerika Serikat dan Nelson Mandela dari Afrika Selatan.
Setelah kemerdekaan Timor Timur pada 20 Mei 2002, tekanan dari berbagai peristiwa dan kecemasan yang berlanjut yang ditanggungnya mulai memukul kesehatan Uskup Belo. Paus Yohanes Paulus II menerima pengunduran dirinya sebagai Vikar Apostolik Dili pada 26 November 2002.
Setelah pengunduran dirinya sebagai Vikar Apostolik, Uskup Belo pergi ke Portugal untuk menjalani perawatan kesehatan. Pada awal 2004, ia menerima panggilan berulang-ulang untuk kembali ke Timor Timur dan mencalonkan diri menjadi presiden. Namun pada Mei 2004, ia mengatakan kepada televisi pemerintah Portugal, RTP, bahwa ia tidak akan membiarkan namanya dicalonkan. "Saya telah memutuskan untuk menyerahkan politik kepada para politikus," katanya. Sebulan kemudian, pada 7 Juni, 2004, Pascuál Chavez, pemimpin Serikat Salesian, mengumumkan dari Roma bahwa Uskup Belo, yang kini telah sehat kembali, akan mendapat penugasan baru. Dalam persetujuan dengan Takhta Suci, ia akan pergi ke Mozambik sebagai misionaris, dan akan tinggal di negara itu sebagai anggota dari Serikat Salesian.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada 8 Juni, Uskup Belo menjelaskan: "Setelah dua pertemuan pada 2003 dan 2004 dengan Yang Mulia Kepala Kongregasi untuk Penginjilan kepada Bangsa-bangsa, saya menawarkan diri untuk melayani Kerajaan Allah dalam pelayanan misi, di luar Timor Timur, yaitu di Mozambik. Lebih tepatnya lagi di Diosis Maputo. Pergi dalam sebuah misi adalah impian yang selalu saya simpan sejak masa remaja saya. Selain itu, selama 19 tahun pelayanan saya sebagai uskup di Dili (1983-2002), salah satu pokok yang paling sering saya bicarakan adalah tentang misi dan pentingnya menjadi misionaris. Hari ini waktunya telah tiba untuk menjalankan apa yang saya katakan kepada orang-orang Kristen di Timor Timur."
Pada Juli 2004, Uskup Belo memikul tugas misinya di Maputo, Mozambik.
Sumber :http//www.wikipedia.org dengan perubahan

Perjuangan Tanpa Mengenal Lelah
Dari cerita dia atas, terlihat jelas bagaimana seorang yang biasa menjadi luar biasa akibat keberanian dan juga perjuangan tanpa henti. Bila melihat dari segi ‘nasionalisme’ tentu hal yang dilakukan oleh uskup Belo kurang begitu tepat. Namun bila dilihat dari segi ‘keprihatinan’ sangatlah jelas bahwa tindakan Uskup Belo merupakan sebuah tindakan yang tepat.
Terkadang apa yang menjadi pandangan suatu hukum dalam Negara dengan pandangan Gereja sangatlah bertolakbelakang. Hal ini terlihat dari pelbagai hal yang (mungkin) sering menjadi sebuah batu sandungan yang cukup memprihatinkan.
Uskup Belo memperjuangakan apa yang menurut dia baik. Dari ketidakmampuan, menjadi sebuah hal yang luar biasa sampai akhirnya dilihat oleh dunia dan menghasilkan sesuatu yang luar biasa berupa sebuah Nobel Perdamaian.
Contoh yang sangat baik bagi kita semua. Seorang Imam yang peduli terhadap orang lain terutama terhadap tempat lahirnya yaitu Timor Timur. walau mereka sudah bukan lagi dari bagian Negara Indonesia, namun ingatlah bahwa sejarah tetap mencatat bagaimana daerah Timor Timur berkisah.
Sampai saat ini menurut data yang saya dapat, Uskup Belo menjalankan sebuah misi di Negara Afrika, tepatnya Mozambik. Mungkin saat ini dia masih senang dan dengan sepenuh hati berada disana.
Itulah seorang misionaris, dimanapun mereka ditugaskan, disitu mereka mengemban tugas sepenuh hati tanpa mengeluh, tanpa beban apapun.
Refleksi
Sebuah hal yang mencakup kesejahteraan banyak orang patutlah diutamakan. Banyak para pejuang dan peraih Nobel Perdamaian yang sudah melakukan hal tersebut secara kongkrit. Tak terkecuali Pater Carlos Fillipe Ximenes. Dia dapat melihat dengan sebuah kacamata hati, apa yang dibutuhkan oleh para penduduk Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dengan gigih pula dia berusaha menyelesaikan konflik yang berangsur-angsur di daerah Timor Leste. Sebuah perjuangan yang dimulai dengan keberanian besar dan juga resiko yang besar. Berbagai kecaman tak membuat Uskup Belo mundur. Hal tersebut dijadikannya sebuah motivasi untuk menuju sebuah hal yang lebih baik.
Sampai akhirnya sebuah harapan pun muncul dari seluruh perjuangannya. Pemerintah Internasional mulai melihat sesuatu yang saat itu menjadi sebuah masalah antara Indonesia dengan Timor Timur. akhirnya karena dianggap berperan Uskup belo pun dihadiahi penghargaan berupa Nobel Perdamaian.
Namun apa yang menjadi dirinya. Antara sebuah semangat nasionalisme atau pun sebuah perjuangan bagi seluruh penduduk Timor-Timur. walau tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, tindakan Uskup Belo, patut di banggakan.tindakan Uskup Belo masih menjadi tanda tanya besar. Semua hal itu merupakan pilihan



Rabu, 21 Desember 2011

Hak Asasi Manusia

Bullying ?? Masih Zaman ??
(Fenomena Bullying  Di Era Moderen)

Di zaman globalisasi ini, sangat aneh jika mendengar kekerasan yang masih sering terjadi terutama di kalangan para pelajar. Tentu hal tersebut merupakan keprihatinan bersama yang sangat menjatuhkan moral bangsa.
 Biasanya para remaja menyebut kekerasan dengan sebutan bullying. Ya, fenomena bullying di kalangan pelajar sangat menarik untuk ditelusuri dan dicari sebab akibatnya. Dengan mencari sebab akibat, nantinya diharapkan setiap remaja dapat kembali mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Keluarga, Pergaulan, Dan Globalisasi
Sampai saat ini yang menjadi dasar tumbuhnya budaya bullying masih menjadi pertanyaan besar. Banyak hal yang dapat menyebabkan tumbuhnya budaya bullying dalam diri pelajar saat ini. Namun yang pasti, budaya bullying merupakan  sesuatu yang bukan lagi tabu  di kalangan pelajar.
Sebenarnya peran keluarga akan menjadi sangat penting kala seorang remaja yang labil mengalami berbagai gejolak batin. Namun yang kita lihat justru sebaliknya. Keluarga seakan bukan lagi menjadi tempat berlindung yang aman. Melainkan lebih kepada sebuah tempat yang semakin mengekang diri para remaja saat ini. Hal itu terbukti dari berbagai peristiwa kekerasan di dalam keluarga antara orang tua kepada anaknya. Fenomena yang terjadi memang sungguh memprihatinkan.
Selain faktor internal yang terjadi di dalam keluarga, faktor pergaulan yang semakin bebas juga menjadi salah satu penyebab timbulnya budaya kekerasan terutama di dalam diri pelajar Indonesia.  Pergaulan yang semakin tidak terkontrol terutama di kota metropolitan ini menyumbangkan peranan yang cukup besar. Mari kita lihat kasus berikut ini :
 “Lisa merupakan anak yang pendiam di sekolahnya. Suatu hari ada seorang murid pindahan yang berasal dari luar kota. Setelah beberapa Minggu berkenalan, akhirnya mereka berdua dapat berteman dengan akrab. Namun keakraban itu membawa dampak yang negative bagi Lisa. Semenjak berteman dengan teman barunya, Lisa menjadi seorang pemberontak. Dia sering bolos sekolah dan juga kerap kali melawan orang tuanya.
Setelah diselidiki, ternyata Lisa terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat. Ia sekarang bergabung dengan sebuah genk remaja yang dikenal suka melakukan tindakan anarkis dan juga tidak sesuai moral.”
Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa pengaruh pergaulan dapat merusak moral seorang pelajar yang tadinya baik menjadi buruk. Selain kasus diatas, masih banyak kasus lain yang mungkin lebih buruk. Di dalam realita kehidupan hal yang kita pikirkan tidak dapat terjadi dapat sangat mungkin terjadi.
Serangan globalisasi yang semakin merajalela dapat juga dikategorikan sebagai faktor timbulnya budaya bullying. Hal itu sangat terlihat jelas. Saat ini semua orang dapat mengakses dunia dengan sekali ‘klik’. Ya, kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun setiap orang  dapat dengan mudah mencari informasi lewat internet dan sebagainya. Seorang anak berumur 5 (lima) tahun pun sudah mengerti apa itu internet dan bagaimana cara mengaksesnya. Memang hal tersebut merupakan hal yang positif namun seperti kita ketahui bahwa bukan hanya informasi yang baik yang dihadirkan di sebuah akses internet tetapi juga informasi yang buruk. Hal-hal kecil yang tidak pernah terpikirkan ternyata berperan besar dalam membentuk budaya bullying.
Hak asasi vs Bullying
Jika kita telaah, hak asasi dan bullying merupakan dua hal yang saling bersangkutan meski tidak memiliki jalan yang sama. Kerap kali kasus bullying di kalangan pelajar, menyalahi ketentuan hukum mengenai hak asasi yang berlaku di Indonesia. Seperti kita ketahui, hak asasi merupakan hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir untuk hidup di dunia ini. Ya, setiap orang memilki hak yang sama. Seharusnya kekerasan seperti bullying dan yang lain, tidak perlu terjadi. Semua itu hanya merupakan sebuah kesenangan sesaat yang menjatuhkan moral bangsa.
Sebenarnya siapa yang bertanggung jawab atas semua hal ini ? Apakah para pelaku tindakan bullying yang harus kita salahkan ? Atau sekolah yang kurang dapat mendidik siswanya ? Semua itu bukan salah siapapun. Tindakan bullying terjadi karena ada kesempatan dan juga kemauan. Dengan menghindari dua hal tersebut tentu kita dapat terhindar dari berbagi tindakan bullying.
Hak asasi dapat ditegakkan, dan tindakan bullying dapat dihapuskan. Itu hal yang seharusnya dapat menjadi motivasi bagi kita.  Peran pemerintah dan pengawasan dari orang terdekat merupakan pondasi utama agar hak asasi setiap manusia semakin dijunjung. Jika pengayom masyarakat dapat bertindak dengan bijak, tentu penerusnya pun akan bertindak dengan bijak pula.  Hal tersebut merupakan sebuah hubungan tarik menarik yang tidak bisa dihilangkan dan wajib disadari oleh semua lapisan masyarakat..
Budaya Kekerasan dan penyimpangan tingkah laku
Semua persoalan di dunia ini memiliki sebab dan akibat. Hal tersebut merupakan sebuah hukum alam yang tidak terpisahkan. Namun bagaimana kita dapat melihat sebab dan akibat tersebut secara relevan ? Hal itu dapat dilihat secara nyata dalam realita yang ada di masyarakat saat ini.
Para korban dan pelaku bullying biasanya merupakan para remaja yang berusia antara 14 (empat belas) sampai dengan 19 (Sembilan Belas) tahun. Pada fase yang merupakan tahap dimana seorang anak menjadi seorang yang lebih dewasa ini, sangatlah rentan akan pemupukan budaya kekerasan dilakukan. Hal ini dapat secara nyata terlihat dalam masyarakat yang ada saat ini.
Banyak sekolah terutama di Jakarta yang masih mempertahankan budaya senioritas. Fenomena senioritas merupakan sebuah kebudayaan turun temurun yang dulu juga dilakukan oleh para alumni sekolah tersebut. Hal ini sesungguhnya harus menjadi perhatian serius. Jika hal ini tidak segera ditindak, maka akan sangat sulit melepas budaya tersebut. Sesungguhnya pihak sekolah merupakan penanggung jawab utama yang harus memulai penghapusan budaya senioritas. Namun seperti kita ketahui, kerap kali para pelajar sendiri dapat dengan mudah lepas dari pengawasan sekolah. Oleh sebab, perlu penyelesaian yang serius dari berbagai pihak.
Kebanyakan para korban kekerasan bullying menjadi seseorang yang pemberontak dan juga anarkis. Selain itu para korban, nantinya akan juga melakukan tindakan yang sama seperti yang diperlakukan padanya. Tekanan batin dan dendam, merupakan faktor utama yang menjadikan seseorang kembali melakukan bullying pada orang lain. Hal ini selalu terjadi pada semua korban yang menerima perilaku bullying pada dirinya. Luka batin yang sangat besar, memang akan sulit untuk dihilangkan terutama yang menyangkut hak asasi orang tersebut.
Para korban bullying sesungguhnya dapat kita bantu. Hanya saja selama ini, kebanyakan dari korban tidak pernah berani memberitahukan apa yang terjadi pada dirinya. Ancaman pelaku terhadap korban, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan  tidak terlihatnya pelanggaran bullying tersebut. Para korban seakan menganggap bahwa dengan melaporkan, maka hanya akan menambah masalah yang sedang dialaminya. Anggapan ini sangatlah salah. Para korban seharusnya bertindak berani dengan cara melaporkan baik kepada guru ataupun orang terdekat tentang tindak kekerasan yang dia alami. Kita juga harus membuka diri agar para korban pun tidak segan untuk mengungkapkan tindak pelanggaran hak asasi tersebut kepada diri kita.
Banyak faktor yang dapat membantu meminimalisir tindakan kekerasan terutama bullying. Namun semua hal itu akan sia-sia bila segala aspek yang menyangkut tindak bullying tidak diselesaikan  secara sadar. Kesadaran itu mungkin  akan timbul bila telah banyak korban yang berjatuhan. Sikap tersebut merupakan sikap yang salah. Seharusnya kita semua mulai bertindak sejak dini, agar tidak ada lagi pelajar yang harus masuk bui karena kasus kekerasan.
Berefleksilah
Fenomena bullying sangat menarik untuk dikupas. Mungkin jika kita melakukan sebuah penelitian tentang bullying maka tidak akan pernah ada habisnya. Jika akar dari segala permasalahan yang tentu melanggar hak asasi ini tidak segera dicabut, maka akan menjadi suatu budaya yang memprihatinkan.
Kunci dari semua problematika ini hanya satu, yaitu : ‘Manusia itu sendiri’. Ya, semua hal ini  tergantung dari bagaimana cara kita memilih jalan hidup. Jika semua orang sadar akan pentingnya hak asasi itu sendiri maka tidak akan pernah ada yang namanya kasus kekerasan.
Marilah teman-teman kita mulai merefleksikan diri sendiri. Jangan pernah menilai orang lain tanpa melihat diri sendiri. Dan marilah bersama-sama kita berkata “Bullying ?? Masih Zaman ??”

Refleksi Bidel Angkatan


Tidak terasa sudah satu tahun perbidelan berjalan. Semua terasa begitu cepat sehingga seakan baru kemarin saya menjadi bidel angkatan, dan hari ini sudah harus melepas jabatan. Banyak peristiwa yang menambah pengalaman di dalam hidup saya terutama selama menjadi bidel angkatan. Dari peristiwa itu saya berusaha untuk terus belajar menjadi yang lebih baik.
Selama kurang lebih satu tahun diri saya pribadi dituntut untuk menjadi seorang yang dapat memimpin angkatan. Hal itu bukannlah tugas yang mudah. Menjadi seorang pemimpin dibutuhkan sebuah keberanian terutama kepercayaan diri. Namun hal itu coba saya laksanakan dengan perlahan sampai akhirnya saya yakin. Sehingga pada akhirnya walaupun belum menunjuknja hasil yang maksimal, angkatan saya dapat berkembang semakin baik.
Demikian pula di dalam komunitas. Diri saya dituntut untuk bersikap sebijak mungkin. Walaupun pada kenyataannya diri saya masih jauh dari kata baik. Namun hal itu bukanlah jalan buntu yang harus saya ratapi, diri saya harus dapat berefleksi akan segala kekurangan, kesalahan, dan juga kelemahan saya. Segala pengalaman yang menyakitkan akan berusaha saya jadikan sebagai guru paling berharga sepanjang hidup  saya nanti.
Pada akhirnya saya ucapkan banyak terimakasih pada semua orang dan siapapun yang membantu saya mengembangkan kepribadian saya dalam perbidelan ini. Kata maaf juga saya ucapkan kepada semua pihak yang mungkin karena hadirnya saya menjadi sakit hati dan tidak berkenan. Namun itulah diri saya, manusia yang tak pernah luput dari kesalahan. Dengan usaha yang maksimal diri saya akan berusaha menjadi pribadi  yang lebih baik.

Terimakasih

Minggu, 04 Desember 2011

MITOS CANDI PRAMBANAN


Memasuki Candi Utama (Candi Siwa) dari arah utara, wisatawan dapat melihat patung seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang. 
Loro Jonggrang, atau lebih tepat dieja sebagai Rara/Lara Jonggrang atau biasa disebut Durga Mahisasuramardini adalah sebuah legenda atau cerita rakyat yang ingin menjelaskan adanya Candi Prambanan di Jawa Tengah. Cerita ini berdasarkan arca Dewi Durga yang ditemukan di desa Prambanan, Jawa Tengah ini.

Rara Jonggrang artinya adalah "dara (gadis) langsing". Menurut rakyat setempat ceritanya seperti ini:
Pada jaman dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri dua buah Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan Pengging adalah kerajaan subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso.


Sedangkan kerajaan keraton Boko berada pada wilayah kekuasaan Kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia tetapi berwujud seorang raksasa besar suka makan daging manusia, yang bemama Prabu Boko. 
Akan tetapi Prabu Boko mempunyai putri yang cantik dan jelita laksana bidadari dari khayangan yang bemama putri Loro Jonggrang. Dan Prabu Boko juga mempunyai patih yang berwujud raksasa benama Patih Gupolo. 

Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai kerajaan Pengging, maka is dan Patih Gupolo memnguinpulkan kekuatan dan mengumpulkan bekal dengan cara melatih para pemuda menjadi prajurit dan meminta harta benda rakyat untuk bekal. 
Setelah persiapan sudah dirasa cukup, maka berangkatlah Prabu Boko dan prajurit menuju ke Kerajaan Pengging untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan Pengging antara prajurit Pengging dan prajurit Kraton Boko.
Banyak berjatuhan korban di kedua belah pihak dan rakyat Pengging menjadi menderita karena perang, banyak rakyat kelaparan dan kemiskinan.Mengetahui rakyatnya menderita dan sudah banyak korban prajurit meninggal, maka Prabu Damar Moyo mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko dan terjadilah perang sangat sengit anatara Raden bandung Bondowoso melawan Prabu Boko, karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko dapat dibinasakan.

Melihat rajanya tewas maka Patih Gupolo melarikan diri, maka Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo ke Kraton Boko. Setelah sampai di Kraton Boko, Maha Patih Gupolo melaporkan pada putri Loro Jonggrang bahwa ayahandanya telah tewas di meda perang, dibunuh kesatria Pengging yang bemama Raden Bandung Bondowoso. Maka berdukalah Putri Loro Jonggrang, sedih ayahnya telah tewas di medan perang. 

Maka sampailah Raden Bandung Bondowoso di Kraton Boko dan terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat putri Loro Jonggrang yang cantik jelita. Maka ia ingin mempersunting putri Loro Jonggrang sebagai istrinya. Akan tetapi putri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso disebabkan ia telah membunuh ayahnya. Untuk menolak pinangan Raden Bandung maka putri Loro Jonggrang memikirkan sebuah siasat, yaitu putri Loro Jonggrang mau dipersunting asalkan Raden Bandung mau mengabulkan dua permintaan putri Loro Jonggrang yaitu pertama Putri Loro Jonggrang ingin dibuatkan 1000 candi dalam satu malam. Dan yang kedua Putri Loro Jonggrang ingin dibuatkan sebuah sumur. 

Raden Bandung menyanggupi kedua permintaan sang putri Loro Jonggrang, dan segeralah Raden Bandung membuat sumur Jala Tunda dan setelah jadi ia memanggil putri Loro Jonggrang untuk melihat sumur. Kemudian putri Loro Jonggrang menyuruh Raden Bandung masuk ke dalam sumur. Dan setelah Raden Bandung sampai di bawah, putri memerintah Patih Gupolo menimbun sumur dengan batu. Dan Raden Bandung Bondowosopun tertimbun batu di dalam sumur, dan putri Loro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung telah mati di dalam sumur, akan tetapi di dalam sumur ternyata Raden Bandung belum mati maka ia bersemedi untuk keluar dari sumur, ternyata Raden Bandungdapat keluar dari sumur dengan selamat. 

Raden Bandung Bondowoso kembali menemui putri Loro Jonggrang dengan marah besar karena telah menimbun Raden Bandung di dalam sumur, tetapi karena kecantikan putri Loro Jonggrang kemarahan Raden Bandung menjadi mereda. Kemudian putri Loro Jonggrang menagih janji permintaan yang kedua kepada Bandung Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam satu malam. 
Maka segeralah Raden Bandung memerintahkan para jin-jin untuk membuat 1000 candi, akan tetapi di lain pihak putri Loro Jonggrang ingin mengagalkan usaha Bandung membuat candi. la memerintahkan para gadis disekitar Prambanan untuk menumbuk padi dan membakar jerami supaya kelihatan terang untuk pertanda pagi sudah tiba dan ayampun berkokok bergantian.
Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta ditimur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi. Para jin melaporkan pada Raden Bandung Bondowoso bahwa jin tidak bisa meneruskan membuat candi yang kurang satu karena pagi sudah tiba. Akan tetapi menurut firasat Raden Bandung, pagi hari belumlah tiba. 

Maka dipanggilah putri Loro Jonggrang disuruh menghitung jumlah candi yang telah dibuat dan ternyata jumlahnya baru 999 candi, jadi yang belum selesai, tinggal satu candi lagi. Maka putri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung. 
Karena merasa ditipu dan dipermainkan maka Raden bandung murka sekali dan mengutuk putri Loro Jonggrang "Hai Loro Jonggrang 1000 candi kurang satu dan genapnya seribucandi dan engkaulah orangnya". 
Dan segera putri Loro Jonggrang berubah ujud menjadi arca patung batu. Dan sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di Candi Prambanan dan Raden Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di sekitar Prambanan menjadi perawan kasep (perawan tua), karena telah membantu putri Loro Jonggrang.

Mitos yang berkembang kemudian, pasangan muda yang menjalin asmara bermain di Candi Sewu/Candi Roro Jonggrang maka cintanya bakal berakhir atau putus cinta. 

Kisah legenda tersebut secara lengkap dapat wisatawan lihat di gedung Museum yang berada di dalam lokasi Candi Prambanan. Sebab selain memiliki ruang Audio Visual yang memutarkan film selama 15 menit tentang sejarah ditemukannya Candi Prambanan hingga proses renovasi dan purna pugarnya secara lengkap, Museum ini juga memamerkan koleksi benda-benda arkeologi serta perhiasan-perhiasan peninggalan raja Mataram kuno yang ditemukan di Wonoboyo, Klaten. 

Pesan moral yang dapat diambil :
Sebagai manusia seharusnya kita tidak boleh mendendam dengan siapapun, terutama ketika diri kita merasa dirugikan. Banyak hal yang dapat kita lakukan tanpa harus meluapkan dendam kita pada orang lain. Salah satunya adalah mengambil hikmah dari peristiwa tersebut, lalu menjadikannya sebuah pengalaman yang berharga. Hal itu harus kita lakukan karena, belum tentu diri kita dapat melakukan yang lebih baik dibanding orang yang kita benci tersebut.