Pages

Selasa, 14 Februari 2012

HIV/AIDS


Topik                           : HIV / AIDS
Tema                           : Kehidupan yang harus dijalani oleh para penderita HIV/AIDS.
Pengembangan            : definisi, pertentangan, contoh

Masih Manusiakah Kami ?
Realita kehidupan Para Penderita HIV/AIDS dalam lingkup sosial masyarakat.

Pernahkah anda membaca buku yang berjudul Tubil ? Jika pernah tentu anda langsung mengetahui jalan cerita  buku  tersebut. Tubil adalah seorang pemuda penderita HIV/AIDS yang memiliki semangat untuk mengubah hidup orang lain agar tidak ada orang lain yang terjerumus seperti dirinya. Walaupun banyak sekali orang yang mengucilkan dan tidak lagi peduli dengannya, namun semangat Tubil tidaklah pudar. Semangat Tubil tidak sia-sia. Sampai akhirnya Ia bertemu seorang teman lamanya yang tanpa dia duga dengan tulus memiliki niat untuk membantu Tubil. Ya akhirnya Tubil mulai kembali memiliki passion untuk hidup lewat temannya tersebut. Keluarga Tubil mulai menerima dengan tangan terbuka. Sisa hidup Tubil pun tidak sia-sia belaka. Sebelum akhir hidupnya Ia banyak memberikan seminar untuk para pemakai narkoba di lembaga pemasyarakatan. Akhirnya apa yang dia inginkan dapat dicapai dengan baik.
Tubil merupakan sebuah kisah nyata yang sangat menginspirasi bagi diri saya. Sebuah kisah dimana ada semangat yang timbul dari seseorang yang dikucilkan di dalam masyarakat. Saat ini banyak sekali para penderita penyakit HIV/AIDS yang disingkirkan oleh masyarakat. Hal ini merupakan suatu kesalahaan yang sangat  fatal. Seharusnya, para penderita penyakit HIV/AIDS mendapat tempat yang setara dengan masyarakat pada umumnya. Namun karena ketakutan masyarakat yang berlebihan akan penyakit menular ini, maka tak dapat dipungkiri akan sangat sulit bila mengajak masyarakat agar menyamaratakan kedudukan penderita HIV/AIDS di dalam hidup sosial bermasyarakat.
Namun pernahkah kita menyadari, andai saja diri kitalah yang menderita penyakit HIV/AIDS ini ? Lalu banyak orang mengucilkan diri kita. Kita tidak dipedulikan. Kita bagaikan sampah yang tidak berguna sama sekali. Tentunya hal itu akan menurunkan psikis kita, emosi di dalam diri menjadi tidak stabil dan akhirnya kita putus asa. Banyak sekali kasus penderita HIV/AIDS yang akhirnya memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Memprihatinkan bukan ?
Penyakit HIV/AIDS tidak semata-mata timbul begitu saja. Penyakit ini timbul karena berbagai hal negatif yang pernah dilakukan oleh penderita. Hal tersebut antara lain penggunaan narkotika, seks bebas, dan juga faktor keturunan. Namun yang sering terjadi, penyakit HIV lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri. Namun walau bagaimanapun, kita sebagai manusia yang memiliki moral tidak boleh mendiskriminatif para  penderita HIV. Kita seharusnya lebih menerima dengan tangan terbuka para penderita.
Peran pemerintah juga sangatlah penting. Pemerintah diminta ikut berperan aktif dalam kepedulian terhadap para penderita penyakit ini. Banyak langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan penderita penyakit HIV/AIDS. Hal- hal yang dapat dilakukan antara lain mengadakan seminar-seminar, memberikan pendidikan seks bagi remaja dan masih banyak lagi. Jadi bukan hanya dorongan kesadaran diri tetapi peran pemerintah juga sangatlah penting dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS yang terjadi di negara ini.
Marilah kita bersama-sama mengubah realita yang ada pada saat ini. Janganlah diri kita mengucilkan para penderita penyakit HIV/AIDS. Pada dasarnya mereka pun tidak ingin mengalami hal tersebut. Mereka mengalami itu bukan semata-mata kesalahan mereka secara penuh. Pengaruh lingkungan juga merupakan faktor yang berperan besar dalam persebaran penyakit HIV/AIDS tersebut.
Pada akhirnya tidak ada lagi para penderita HIV/AIDS yang menjerit “Masih Manusiakah Kami ?”. Sehingga kesetaraan di dalam kehidupan bermasyarakat dapat tercapai. Tidak memandang apakah dia miskin, kaya, sehat, atau apapun juga. Para penderita HIV/AIDS perlu uluran tangan dari kita semua bukan cercaan maupun hinaan.
Dalam hidup seorang insan  manusia, gejolak dan berbagai permasalahan  merupakan sebuah tinta yang tergores dan menjadi sebuah kenangan. Seberapa banyakkah tinta yang menggores diri, kita tidak akan pernah tahu. Semua hal itu merupakan esai ciptaan Tuhan bagi kita masing-masing. Kita tidak dapat merubah, tetapi tidak dapat juga menyesali. Satu hal yang hanya dapat kita lakukan yaitu mensyukuri. Dengan bersyukur maka segala keputusasaan kita dapat berubah menjadi sebuah asa yang dapat merubah hidup kita ke arah yang lebih baik.
Itulah hal yang dialami para penderita HIV/AIDS. Mereka harus merubah keputusasaan mereka menjadi sebuah asa yang menghidupkan. Mungkin akan sangat sulit melakukan itu semua secara sendiri. Tetapi alangkah lebih mudah jika kita semua memiliki kemauan untuk minimal menerima mereka. Yakinlah, penerimaan kita bagaikan sebuah berlian yang amat berharga di dalam hidup mereka. Seperti halnya Tubil yang akhirnya merasa hidupnya berarti setelah berbagai gejolak yang Ia alami. Syukurilah hidup layaknya Tubil yang mensyukuri penyakitnya.